WELCOME!!!

Selamat datang di blog ini! Selamat membaca

Selasa, 30 Oktober 2018

SOEMPAH PEMUDA

Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia

Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia 

Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia

Pada tanggal 28 Oktober 1928 dinyatakan
Sumpah yang dilakukan oleh para pemuda
Para pemuda Indonesia

Selasa, 09 Oktober 2018

PANTUN - Kancil

Si kancil anak nakal
Suka mencuri mentimun
Di kelas jangan nakal
Jangan suka melamun

Selasa, 02 Oktober 2018

PUISI - Benar, malam itu

Menunjuk langit kau berkata
"Malam ini banyak bintang"
Aku mengadah
Memang benar

Lagi kau berkata
"Angin malam ini sejuk"
Aku merasakannya
Memang benar

Terakhir kau berkata
"Andai malam ini aku bersamanya"
Aku tersenyum, pahit
Kurasa itu juga benar

Senin, 01 Oktober 2018

PUISI - Pagi

Mentari pagi menyingsing
Embun seakan mengisi kering
Pagi hari nan sepi
Pagi hari yang sunyi

Secercah bahagia dalam diri
Membuat pagiku berseri
Pagi hari nan sepi
Yang tak sunyi di hati

Selasa, 11 September 2018

CERPEN - Sama Dengan yang Tak Sama

Kita sama dengan.
Terlihat benar-benar serupa sampai sering sekali mereka bertanya kepada kami pertanyaan yang serupa.
"Kalian mirip sekali, apakah kalian sama?"
Kami tertawa.
"Menurutmu bagaimana?" tanyanya kepada sang penanya.
"Sepertinya kalian sama."
Setelah beberapa waktu lamanya, kami dan mereka pun sadar bahwa kami tak sama.
Ya, memang.
Hanya terlihat sama, namun kami adalah sama dengan yang tak sama.

Selasa, 31 Juli 2018

Puisi - Nyala Api Abadi

Nyala api berkobar
Sumbunya terbakar
Lidah api berkibar
Semangatnya terbakar

Nyala api abadi
Samudra raya diarungi
Mengunjungi pelosok negeri
Di bumi pertiwi

Senin, 30 Juli 2018

Puisi - Sama Dengan yang Tak Sama

Aku melihat
Ku kira mereka sama
Tidak, mereka hanya serupa
Ku perhatikan
Ku kira mereka serupa
Ternyata tidak
Dua garis sejajar
Sama dengan katanya
Tapi ternyata tidak
Mereka tidak sama
Mereka berbeda

Kamis, 26 Juli 2018

Puisi - Senja

Di bawah senja kita bersua
Bercanda ria sambil tertawa
Benar-benar bahagia
Kala senja tak kan ku lupa

Langit sore dan dirinya
Kombinasi yang sempurna
Bersama senja bercerita
Bersama kita berbagi rasa

Sama seperti senja
Tenggelam begitu saja
Pergi begitu saja
Hilang begitu saja

Sekarang malam tiba
Sekarang sudah tak ada
Hanya tersisa kenangan kita
Yang tersimpan dalam senja

Puisi - Habis

Sudah beku, mati
Sudah hilang, menguap
Tidak lagi sama seperti dulu
Tidak akan ada lagi
Sepertinya begitu
Aku tidak mau mengulang
Sudahlah
Aku lelah
Tidak mau lagi
Rasanya hilang
Ya, benar benar hilang sekarang

Puisi - Antara Aku dan Dia

Pertama kali berjumpa
Aku tau kau berbeda
Tak sadar mataku terpaku
Berjumpa, bibirku pun kelu

Aku tidak berjumpa lagi
Tapi sosoknya mengisi hati
Dirinya slalu membayangi
Candanya mengisi sepi

Terpisah jarak tak berjumpa
Sampai datang waktu yang kutunggu
Akhirnya kita bersua
Kita bertemu

Setengah berbisik ia berkata
"Aku suka temanmu"
Ku ukir senyuman paksa
"Perasaannya sama denganmu"

Puisi - Aku Mau Kabur

Terdengar nafas berat
Ah, itu nafasku
Aku tercekat, terikat
Sangat takut, aku takut
Bernafas saja sulit
Seakan leher terlilit
Mata itu mengawasiku
Seakan pandangannya terpaku
Kalau sudah begini
Aku sudah tak sanggup lagi
Seperti dalam jeruji besi
Rasanya ingin melarikan diri
Aku harus bagaimana?
Apa aku kabur saja?
Sepertinya sulit
Permasalahannya rumit
Aku memang salah
Aku sudah kalah
Aku mengalah
Aku sudah lelah
Tapi sulit untuk pergi
Kiranya ku mengkhianati
Menyakitkan hati
Jadi, bagaimana ini?

Apa aku kabur saja?

Puisi - Omelan Seorang Pengecut

Ingin ku sampaikan
Tapi tak sampai hati
Aku takut, malu
Ingin ku ucapkan
Rasanya sulit, sangat
Ingin ku berikan padanya
Aku tidak berani
Mengomel dalam hati
Pengecut!
Teriakku berkali-kali
Masih ada di tangan
Benda itu masih ada
Bila memikirkan kembali
Aku menyesal
Menyesal, amat menyesal
Jika 4 tahun kuulang lagi
Tak jadi ku mengomeli diri
Memang, aku pengecut!

Puisi - Aku Amfibi

Termangu ku melihatnya
Muncul di tepian
Hilang ke dasar
Terpaku ku kebingungan
Terkadang ia di tanah
Lalu kembali ke air
Bagaimana bisa?
Aku sibuk dalam benak
Mirip denganku, hati berucap
Ia di antara dua alam
Darat dan air
Di antara dua pribadi
Aku dan aku juga
Aku berbeda
Aku, bukan aku
Ya, ini bukan aku

Minggu, 22 Juli 2018

Puisi - Bunga di Tangan

Masih kecil
Kala itu belum mengerti
Kala itu, ada kau
Kamu, teman pertamaku
Berbicara saja ku tertatih
Namun kau begitu pintar
Sampai kagum padamu
Masih polos
Ku ingat saat itu
Bunga di tanganmu
Kau berikan padamu
Aku belum memahami
Belum mengerti

Puisi - Daun Jatuh Lagi

Daun jatuh di pundak
Aku melirik ke atas
Sinar mentari menghalangi
"Jatuh lagi," kataku
Jadi ingat dahulu
Kala senja itu
Di waktu yang sama
Suasana yang serupa
Bedanya kau tak ada
Kala senja saat itu
Tawa lama yang kurindukan
Berceletuk ria diiringi seri
Sinar mentari menembus pohon
Rasanya sudah lama sekali
Sampai pada waktunya
Ia menunjuk bus biru itu
"Ayo naik," katanya
Tersenyum aku menjawab
"Iya."

-bora214-

Puisi - Kita, Dahulu

Kita terperangkap dalam sunyi
Dahulu bertukar seri
Nyatanya tak abadi
Kini terpaku seorang diri
Mengapa?
Masih belum ku pahami
Soal kita
Soalku, soalmu
Dahulu

-bora214-

Minggu, 29 April 2018

Puisi - Gelap, Itu Saja

Gelap, di sini gelap
Bukan, bukan
Sepertinya memang gelap
Itu yang ku rasakan

Apa warna langit?
Kata orang langit itu biru
Tak sadar ku mengernyit
Oh ya? Mengapa ku tak tahu?

Bagaimana bentuk matahari?
Bagaimana bentuk bumi?
Apa yang ada di sini?
Apa lagi yang tak ku sadari?

Tik...tik...tik...
Bunyi jam berdetik
Sangatlah mengelitik
Seakan-akan ia berbisik

Suara angin itu
Terdengar jelas di telingaku
Semilir angin yang mendayu
Seakan-akan berucap padaku

Aku membuka mata
Ah, begini rupanya
Semua sama saja
Hanya gelap yang ku rasa

-bora214-

Puisi - Rahasia Hati


Pertama, kehadiranmu
Membuatku selalu ingin menunggu
Tanpa sadar memperhatikan pintu
Ketika terdengar langkah kaki itu

Kedua, senyummu
Membuatku begitu terpaku
Tanpa sadar naik ujung bibirku
Ketika ku lihat tawa  itu

Ketiga, suaramu
Terdengar begitu merdu
Tanpa sadar menoleh ke arahmu
Ketika ku dengar suara itu

Bohong, bohong
Kata-kata itu semua bohong
Jujur saja aku tidak tau
Sama sekali aku tidak tau

Apa alasan yang tepat?
Mengapa ku seperti ini?
Tak ada alasan kuat
Sepertinya yang tau hanya hati

-bora214-

Sabtu, 28 April 2018

Puisi - Guncangan Hebat Dini Hari

Tik...tik...

Rintik hujan mengisi sepi
Titik air turun ke pipi
Anak itu menggigit jari
Merenungi nasibnya hari ini

Dirinya menahan isak
Di tengah sekeliling yang rusak
Suara hati yang mendesak
Seakan ku dengar ia berteriak

Dengan boneka lusuh di tangan
Kuncirannya yang berantakan
Air wajah yang tertekan
Ucap pilu yang tak terkatakan

Ceritanya tentang pagi ini
Mereka tak sempat lari
Tak mampu menyelamatkan diri
Dan sekarang ia seorang diri

-bora 214-

Rabu, 17 Januari 2018

Buku & Hobi - De Buron

Judul buku           : De Buron
Penerbit buku       : PT Gramedia Pustaka Utama
Pengarang buku   : Maria Jaclyn
Tebal buku           : 248 halaman, 20 cm
Tahun terbit         : Juni 2005
Tempat terbit       : Jakarta
Sinopsis buku      :
          Gimana kalau ada buronan polisi datang ke rumahmu? Bukan cuma datang ke rumahmu, dia bahkan tidur di toilet rumahmu! Buronan yang satu ini juga menjadi buah bibir sahabat-sahabatmu belakangan minggu ini. Dia suka makan pisang yang ada di kulkas rumahmu. Dia tau banyak lagu dan suka menyanyikannya. Uuuhhh.... pasti bingung banget! Nasib yang entah beruntung atau buruk ini dialami oleh Kimly. Kimly penasaran kenapa nasib itu harus jatuh kepadanya, tapi kenapa lama-lama Kimly jadi merasa nyaman didekat dia ketika dia mencoba untuk menjadi teman curhat Kimly? Kenapa Kimly merasa sepi kalau tidak ada dia? Kenapa Kimly menaruh perhatian kepadanya? Apa Kimly suka buronan itu? Tapi... diakan seorang buronan yang sedang diincar polisi!
-bora214-