Nyala api berkobar
Sumbunya terbakar
Lidah api berkibar
Semangatnya terbakar
Nyala api abadi
Samudra raya diarungi
Mengunjungi pelosok negeri
Di bumi pertiwi
Selamat datang di blog ini! Selamat membaca
Nyala api berkobar
Sumbunya terbakar
Lidah api berkibar
Semangatnya terbakar
Nyala api abadi
Samudra raya diarungi
Mengunjungi pelosok negeri
Di bumi pertiwi
Aku melihat
Ku kira mereka sama
Tidak, mereka hanya serupa
Ku perhatikan
Ku kira mereka serupa
Ternyata tidak
Dua garis sejajar
Sama dengan katanya
Tapi ternyata tidak
Mereka tidak sama
Mereka berbeda
Di bawah senja kita bersua
Bercanda ria sambil tertawa
Benar-benar bahagia
Kala senja tak kan ku lupa
Langit sore dan dirinya
Kombinasi yang sempurna
Bersama senja bercerita
Bersama kita berbagi rasa
Sama seperti senja
Tenggelam begitu saja
Pergi begitu saja
Hilang begitu saja
Sekarang malam tiba
Sekarang sudah tak ada
Hanya tersisa kenangan kita
Yang tersimpan dalam senja
Sudah beku, mati
Sudah hilang, menguap
Tidak lagi sama seperti dulu
Tidak akan ada lagi
Sepertinya begitu
Aku tidak mau mengulang
Sudahlah
Aku lelah
Tidak mau lagi
Rasanya hilang
Ya, benar benar hilang sekarang
Pertama kali berjumpa
Aku tau kau berbeda
Tak sadar mataku terpaku
Berjumpa, bibirku pun kelu
Aku tidak berjumpa lagi
Tapi sosoknya mengisi hati
Dirinya slalu membayangi
Candanya mengisi sepi
Terpisah jarak tak berjumpa
Sampai datang waktu yang kutunggu
Akhirnya kita bersua
Kita bertemu
Setengah berbisik ia berkata
"Aku suka temanmu"
Ku ukir senyuman paksa
"Perasaannya sama denganmu"
Terdengar nafas berat
Ah, itu nafasku
Aku tercekat, terikat
Sangat takut, aku takut
Bernafas saja sulit
Seakan leher terlilit
Mata itu mengawasiku
Seakan pandangannya terpaku
Kalau sudah begini
Aku sudah tak sanggup lagi
Seperti dalam jeruji besi
Rasanya ingin melarikan diri
Aku harus bagaimana?
Apa aku kabur saja?
Sepertinya sulit
Permasalahannya rumit
Aku memang salah
Aku sudah kalah
Aku mengalah
Aku sudah lelah
Tapi sulit untuk pergi
Kiranya ku mengkhianati
Menyakitkan hati
Jadi, bagaimana ini?
Apa aku kabur saja?
Ingin ku sampaikan
Tapi tak sampai hati
Aku takut, malu
Ingin ku ucapkan
Rasanya sulit, sangat
Ingin ku berikan padanya
Aku tidak berani
Mengomel dalam hati
Pengecut!
Teriakku berkali-kali
Masih ada di tangan
Benda itu masih ada
Bila memikirkan kembali
Aku menyesal
Menyesal, amat menyesal
Jika 4 tahun kuulang lagi
Tak jadi ku mengomeli diri
Memang, aku pengecut!
Termangu ku melihatnya
Muncul di tepian
Hilang ke dasar
Terpaku ku kebingungan
Terkadang ia di tanah
Lalu kembali ke air
Bagaimana bisa?
Aku sibuk dalam benak
Mirip denganku, hati berucap
Ia di antara dua alam
Darat dan air
Di antara dua pribadi
Aku dan aku juga
Aku berbeda
Aku, bukan aku
Ya, ini bukan aku
Masih kecil
Kala itu belum mengerti
Kala itu, ada kau
Kamu, teman pertamaku
Berbicara saja ku tertatih
Namun kau begitu pintar
Sampai kagum padamu
Masih polos
Ku ingat saat itu
Bunga di tanganmu
Kau berikan padamu
Aku belum memahami
Belum mengerti